Welcome My Blog
Home About me Photo of Me My Campus Friendship Love Story Career Tugas Kampus

SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

A. ARTI SISTEM


Sistem merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. Dalam pengertian paling umum, sebuah sistem adalah kumpulan yang memiliki hubungan diantara mereka.

B. PERKEMBANGAN SISTEM PEREKONOMIAN PADA UMUMNYA


Dengan semakin berkembangnya jumlah manusia beserta kebutuhannya, semakin dirasakan perlunya system perekonomian yang lebih teratur dan terencana. Sistem barter tidak dapat lagi dipertahankan, mengingat hambatan-hambatan yang dihadapi, seperti:
  • Sulitnya mempertemukan dua atau lebih pihak yang memiliki keinginan yang sama
  • Sulitnya menentukan nilai komoditi yang akan di pertukarkan
  • Sulitnya melakukan pembayaran yang tertunda 
  • Sulitnya melakukan transaksi dengan jumlah besar 
Dengan hambatan-hambatan yang terjadi tersebut, mulailah para cendekiawan memikirkan sistem perekonomian lain yang lebih bermanfaat. Hasil-hasil pemikiran para ahli itu adalah:




1. Sistem Perekonomian Pasar (Liberalis/Kapitalisme)

Dasar bekerjanya sistem ini adalah adanya kegiatan ‘invisible hand’/tangan-tangan yang tidak kelihatan yang di cetuskan oleh ahli ekonomi Adam Smith. Dasar ini berasal dari paham kebebasan. Paham kebebasan ini sejalan dengan pandangan ekonomi kaum klasik, dimana mereka menganut paham ‘Laissez faire’, yang mengendaki kebebasan melakukan kegiatan ekonomi, dengan seminim mungkin campur tangan pemerintah.


2. Sistem Perekonomian Perencanaan (Etatisme/Sosialis)



Pencetus ide menegnai sistem ekonomi ettisme adalah Karl Max. Dalam sistem ini praktis kegiatan ekonomi sepenuhnya diatur dibawah kendali negara.

3. Sistem Ekonomi Campuran


Sistem ekonomi campuran ini adalah merupakan kombinasi ‘logis’ dari ketidak sempurnaan kedua sistem ekonomi di atas (liberalisme dan etatisme).


C. PERKEMBANGAN SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA



Perkembangan sistem ekonomi Indonesia sebelum orde baru

Meskipun pada awal perkembangannya perekonomian Indonesia menganut sistem ekonomi pancasila. Ekonomi Demokrasi, dan mungkin campuran, namun bukan berarti sistem perekonomian liberalis dan etatisme tidak pernah terjadi di Indonesia. Awal tahun 1950-an sampai dengan 1957-an merupakan bukti sejarah adanya corak liberalis dalam perekonomian Indonesia. Demikian juga dengan sistem etatisme, pernah juga mewarnai corak perekonomian di tahun 1960-an sampai dengan masa orde baru.

Perkembangan sistem ekonomi Indonesia setelah orde baru

Setelah melalui masa-masa penuh tantangan pada periode 1945 sampai dengan 1965, semua tokoh negara yang duduk dalam pemerintahan sebagai wakil rakyat sepakat untuk kembali menempatkan sistem ekonomi kita pasda nilai-nilai yang tersirat dalam UUD 1945. Dengan demikian sestem demokrasi ekonomidan sisten ekonomi Pancasila kembali satu-satunya acuan bagi pelaksanaan semua kegiatan ekonomi selanjutnya.

Awal Orde Baru diwarnai dengan masa-masa rehabilitasi, perbaikan, hamper di seluruh sekor kehidupan, tidak terkecuali sector ekonomi.
Tercatat bahwa:
Tingkat inflasi tahun 1966 sebesar 650%
Tingkat inflasi tahun 1967 sebesar 120%
Tingkat inflasi tahun 1968 sebesar 85%
Tingkat inflasi tahun 1969 sebesar 9,9%

Dari data diatas, menjadi jelas, mengapa rencana pembangunan lima tahun pertama (REPELITA I) baru di mulai pada tahun1969.


D. PARA PELAKU EKONOMI DI INDONESIA


Dalam perekonomian Indonesia di kenal tiga pelaku ekonomi pokok (sering disebut sebagai agen-agen pemerintah dalam pembangunan ekonomi), yakni: 
  1. Koperasi, memiliki fungsi sebagai pemerataan hasil ekonomi pertumbuhan kegiatan ekonomi kestabilan yang mendukung kegiatan ekonomi.
  2. Swasta, memiliki fungsi sebagai pertumbuhan kegiatan ekonomi pemerataan hasil ekonomi kestabilan yang mendukung kegiatan ekonomi
  3. Pemerintah BUMN, memiliki fungsi sebagai kestabilan yang mendukung kegiatan ekonomi pemerataan hasil ekonomi pertumbuhan kegiatan ekonomi 








Sumber: Perekonomian Indonedia, aris Budi Setyawan penerbit Universitas Gunadarma 1997 



No comments:

Post a Comment